Minggu, 28 Desember 2014

Contoh Pidato Bahasa Indonesia: Keutamaan Orang Jujur


(Contoh Pidato Bahasa Indonesia: Keutamaan Orang Jujur)


Assalamualaikum war. wab.

(Mukadimah)

Bapak-bapak, ibu-ibu, dan saudara-saudara sekalian yang saya hormati.

Pertama sekali, marilah kita memanjatkan puji syukut yang tiada terhingga kepaa Allah SWT. Karena Dia telah memberi kita karunia dan nikmat yang sangat besar. Karunia dan nikmat itu iadalah umur yang panjang, kesehatan yang baik, dan kesempatan yang luang sehingga kita semua bisa menghadiri acara.......... . Tanpa ijin dari Allah tak mungkin kita bisa hadir dan bermuwajahah di tempat ini.

Kedua kalinya, semoga keselamatan dan kesejahteraan tetap dilimpahkan Allah kepada panutan kita semua, yakni Rasulullah SAW berikut para keluarganya, para sahabatnya, para ulama-ulama dan seenap pengikutnya, umat Islam sekalian. Aamiin.

Para hadirin sekalian,

Ciri seorang muslim sejati adalam jujur. Bukanlah dikatakan muslim sejati jika seseorang masih suka berbohong dan menipu. Rasulullah Muhammad SAW dalam kehidupan sehari-harinya dikenal sebagai orang yang dapat dipercaya. Karena itu jujur merupakan akhlak yang sangat baik dan indah menurut pandangan Allah.

Sesungguhnya jika kita hidup di dunia iini memelihara kejujuran, maka kedamaian akan dapatlah dirasakan oleh seluruh manusia. Orang-orang yang selalu jujur dalam setiap tindakan dan ucapan, maka termasuk golongan yang beruntung. Artinya, ia beruntung di dunia dan beruntung di akhirat.

Bapak-bapak, Ibu-ibu dan saudara sekalian,

Kita semua setuju bahwa jujur merupakan budi pekerti yang mulia. Kejujuran dapat membimbing manusia menuju kebaikan. Apabila seseorang telah jujur dan mampu menempatkan suatu kebaikan, maka ia terbimbing menuju ke surga. Bukankah Rasulullah SAW pernah bersabda:


"Sesugguhnya kejujuran membimbing ke arah kebaikan. Dan kebaikan itu membimbing ke surga. Seseorang yang jujur, maka hingga di sisi Allah ia akan menjadi orang yang jujur dan benar. Sedangkan sifat dusta membimbing seseorang pada kejahatan. Lalu kejahatan itu menyeret ke neraka. Seseorang yang biasa berdusta, maka hingga di sisi Allah kelak tetap menjadi pendusta." HR. Bukhari Muslim.

Para hadirin yang dirahmati Allah,

Orang yang suka berterus-terang dan jujur dalam segala hal kehidupan ini, maka ia termasuk memiliki sifa kenabian. Sebab tentu saja orang-orang yang jujur ini suka sekali dengan kebenaran. Karena sukanya, maka ia selalu memelihara akhlaknya dari dusta. Karena itu ia cenderung untuk melakukan kebaikan dan menegakkan kebenaran agama.

Dalam surat Maryam ayat 41, Allah berfirman:


Dan sebutkanlah dalam Al Kitab tentang Ibrahim, bahwa dia adalah seorang yang benar dan jujur, lagi pula seorang Nabi. QS Maryam 41.

Kemudian di bagian lain, yaitu ayat 54 diterangkan pula:


Dan sebutkan lah dalam kitab, tentang Ismail bahwa dia adalah seorang yang jujur, suka menepati janji, dan lagi pula dia adalah seorang Rasul dan Nabi. QS. Maryam 54.

Tentang kejujuran Nabi Idris pun disinggung dalam Al Quran:


Dan sebutkanlah dalam Al Kitab tentang Idris bahwa dia adalah seorang yang benar, jujur dan lagi pula seorang Nabi.

Para Bapak, Ibu dan saudara sekalian,

Kejujuran itu dekat dengan kebenaran. Kebenaran adalah sesuatu yang disenangi Allah. Jika Allah senang, maka pastilah dia akan mengasihi. Dan hambaNya yang jujur, maka kelask di hari Kiamat akan disediakan tempat yang menyenangkan, yaitu surga.

Sesungguhnya kejujuran dan sikap terus terang akan membawa diri seseorang menuju ke jalan kemerdekaan jiwa. Jiwa yang merdeka bebas tanpa ikatan. Sebab orang yang selalu jujur, maka ia tidak merasa cemas dan takut kepada siapapun. Apa yang dilihatnya akan dikatakan apa adanya. Tiada tersembunyi dan terselipi kebohongan sedikit pun.

Orang yang senantiasa jujur, maka ia pun jujur terhadap dirinya sendiri. Kejujuran pada diri sendiri dapat menghantarkan dirinya pada suatu kemajuan. Dimana, karena jujur, akhirnya ia mengakui kekurangan dan kelematannya, pasti ia tidak mempunyai sifat sombong. Dan dengan demikian tentu akan terus belajar dan berusaha untuk meningkatkan diri dan memperbaiki kelemahan yang dimiliki.

Para hadirin sekalian yang saya hormati,

Sekali lagi saya katakan bahwa orang yang jujur tidak akan takut kepada siapa pun juga. Jika ia harus menghadapi bahaya dari perkataannya yang jujur, maka ia tak perlu khawatir. Bahkan ia tak segan-segan mengatakan apa adanya. Tetapi terhadap diri dan hatinya sendiri ia sangat takut. Ketakutan itu ialah jangan-jangan ia telah memungkiri suara hatinya sendiri.  Di mana suara hati selalu mengemukakan kebenaran.

Oleh karena itu sebagai seorang muslim, hendaknya kita senantiasa bersikap jujur, di mana dan kapan saja. Dalam pergaulan sehari-hari, kejujuran perlu diterapkan. Marilah kita tunjukkan kepada masyarakat bahwa seorang muslim selalu memiliki akhlak mulia.

Para hadirin yang di rahmati Allah,

Setelah Ali bin Abu Thalib wafat, maka ketika itu kekhalifahan diserahkan kepada putranya yaitu Hasan. AKan tetapi Hasan merasa bahwa pemerintahannya tidak menguntungkan, maka ia mengajak melakukan perdamaian dengan Muawiyah. Dengan demikian maka kekuasaan kekhalifaan jatuh ke tangan Muawiyah.

Pada suatu ketika, Muawiyah pergi haji ke Makkah. Di sana ada pemeriksaan terhadap nama-nama orang yang sangat menyintai Ali dan membenci Muawiyah, Maka dijumpai nama seorang perempuan yang sangat benci kepada Muawiyah. Perempuan itu pun diperiksa seperti halnya seorang polisi memeriksa tersangka.

Tanya Muawiyah kepada perempuan itu, "Aku ingin berbicara, mengapa engkau begitu sayangnya kepada Khalifah Ali dan membenciku? Dapatkah engkau menjelaskan alasanmu?"

Perempuan itu mengajukan permintaan, "Jika aku bicara jujur, apakah Tuan memberi jaminan atau mengampuni aras pengakuanku itu?"

Muawiyah berkata, "Tidak, aku adalah penguasa. Aku seorang khalifah. Karena itu aku tidak akan memberi ampunan kepadamu"

Perempuan itu berkata, "Jika Tuan tidak mengampuniku, maka justru aku akan berkata terus terang, mengapa aku menyintai Sayyidina Ali dan tidak begitu suka kepada Tuan."

Kata Muawiyah, "Katakanlah!"

Perempuan itu berkata, "Demi Allah, aku lebih menyintai Sayyidina Ali."

"Mengapa?" tanya Muawiyah.

Perempuan tua itu dengan jujur mengatakan, "Sayyidina Ali sangat adil kepada rakyatnya. Jika membagi sesuatu, maka dibaginya dengan rata, tak ada yang berlebih dan berkurang. Setiap orang menerima bagiannya dengan puas hati."

Muawiyah menyela, "Apakah diriku tidak demikian?"

Perempuan itu menjawab, "Aku sungguh tidak suka kepada Tuan."

Muawiyah terperanjat dan bertanya, "Apa alasanmu?"

Perempuan itu menjawabnya, "Karena engkau suka memerangi orang, engkau suka merampas hak orang lain. Aku berpihak kepada Sayyidina Ali sebab Rasulullah mempercayakan dia menjadi khalifah. Dia sangat mengasihi orang miskin dan memuliakan orang beragama."

Tanya Muawiyah, "Apakah diriku tidak demikian?"

Jawab perempuan itu, "Demi Allah, Tuan tidak demikian. Engkau suka menumpahkan darah. Engkau penguasa dzalim. Engkau terbiasa memutuskan hukuman di atas hawa nafsu; bukan demi keadilan."

Tanya Muawiyah, "Pernahkan engkau melihat Ali?"

Dengan jujur perempuan tua itu menjawab, "Demi Allah, aku pernah menjumpainya."

Tanya Muawiyah, "Bagaimana sikap dan pandangan hidupnya?"

Perempuan itu menjawab, "Sayyidina Ali tidak gila jabatan, tidak gila hormat seperti Tuan Muawiyah. Dia tiak menumpuk harta kekayaan seperti Tuan Muawiyah."

Muawiyah bertanya, "Apakah engkau sekarang membutuhkan pertolonganku?"

Perempuan itu balik bertanya, "Apakah Tuan mau memberikan sesuatu jika aku memintanya?"

Muawiyah memastikan, "Oh, tentu."

"Sekarang, aku minta seratus unta betina dengan anaknya dan sekaligus penggembalanya." pinta perempuan tua tersebut.

Muawiyah menjadi terperanjat ketika mendengar permintaan perempuan tua itu. "Untuk apakah kau membutuhkan unta sebanyak itu? Bukankah usiamu sudah senja?"

Jawab perempuan itu, "Dengan unta-unta itu aku akan bisa berbuat mulia. Air susunya kuberikan kepada anak-anak dan lainnya untuk kumanfaatkan bagi fakir miskin."

Tanya Muawiyah lagi, "Jika aku mengabulkan permintaan itu, apakah kemudian engkau menyintaiku seperti halnya dirimu menyintai Ali?"

Dengan jujur perempuan itu menjawab, "Tidak. Tidak mungkin cintaku kepada Sayyidina Ali sama dengan cintaku kepada Tuan. Namun setidak-tidaknya kadar cintaku lebih rendah dibandingkan kepada Sayyidia Ali."

Mendengar pengakuan yang jujur dan polos itu, maka hati Muawiyah tiba-tiba menjadi bergetar. Muawiyah kemudian bersyair, "Jika daku tak siap sedia, bersopan santun pada dirimu. Siapa lagi orang yang diharapkan untuk bersantun kepada temannya? Terimalah ini, an semoga engkau tenang. Ingatlah dan kenanglah perbuatanku. Semoga Tuhan membalasnya. Perang akan kugantikan dengan sikapku yang menyintai kedamaian."

Para hadirin yang saya hormati,

Demikianlah kemuliaan sikap jujur. Seperti halnya yang dicontohkan seorang wanita tua yang dengan tegas mengatakan jujur pada penguasa. Justru sikapnya yang polos dan tidak dibuat-buat, dapat mengubah sikap penguasa menjadi lunak.

Oleh karena itu setidak-tidaknya kita harus meniru orang-orang yang pantas untuk diteladani agar kejujuran tetap terpelihara. Agar pula kedustaan sirna dalam kebiasaan kita sehari-hari. Semoga uraian singkat ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bilahit taufiq wal hidayah, wassalamualaikum warahmatullaaho wabarakatuh.

Sumber: Budianta. 2003. Materi-Materi Kultum Kuliah 7 Menit. Surabaya: Pustaka Media.

Demikianlah artikel yang berjudul Contoh Pidato Bahasa Indonesia: Keutamaan Orang Jujur. Terima kasih telah meluangkan waktu Anda untuk membaca Contoh Pidato Bahasa Indonesia: Keutamaan Orang Jujur. Semoga Contoh Pidato Bahasa Indonesia: Keutamaan Orang Jujur menjadi bermanfaat bagi Anda semua. Dan bagikanlah Contoh Pidato Bahasa Indonesia: Keutamaan Orang Jujur kepada orang lain agar Contoh Pidato Bahasa Indonesia: Keutamaan Orang Jujur lebih bermanfaat.
, ,

Contoh Pidato: Hakikat Niat Dalam Beribadah


(Contoh Pidato Bahasa Indonesia: Hakikat Niat Dalam Beribadah)


Assalamualaikum war. wab.

(Mukadimah)

Bapak-bapak, Ibu-ibu, dan saudara-saudara sekalian yang saya hormati.

Pertama sekali, marilah kita memanjatkan puji syukur yang tiada terhingga kepada Allah SWT. Krena Dia telah memberi kita karunia dan nikmat yang sangat besar. Karunia dan nikmat itu ialah umur yang panjang, kesehatan yang baik, dan kesempatan yang luang sehingga kita semua bisa menghadiri acara .......... . Tanpa ijin dari Allah tak mungkin kita bisa hadir dan bermuwajahan di tempat ini.

Kedua kalinya, semoga keselamatan dan kesejahteraan tetap dilimpahkan Allah kepada panutan kita semua, yakni Rasulullah SAW berikut para keluarganya, para sahabatnya, para ulama-ulama dan segenap pengikutnya, umat Islam sekalian. Amiin.

Para hadirin sekalian,

Pada kesempatan ini ijinkanlah saya akan mencoba mengetengahkan tentang hakikta niat dalam beribadah. Namun sebelum sampai pada materi itu, hendaknya diketahui bahwa niat dalam beribadah itu erat kaitannya dengan ilmu. Karena itulah umat Islam harus pandai dan memiliki ilmu.

Sesungguhnya ilmu itu sangat berperan bagi kehidupan umat manusia. Kita bisa memandang, melihat dan meraba. Melalui indera tersebut akhirnya kita memliki ilmu. Entah ilmu pengerahuan atau ilmu-ilmu agama. Dengan adanya ilmu yang kita miliki, maka kita memiliki hasrat atay kemauan. Misalnya kita bisa melihat mereka sesuatu, bahkan merasakannya. Lalu sekali waktu, yakni pada kesempatan lain, hati ini akan tergerak untuk berkeinginan dapat meraba, memandang atau merasakannya. Artinya, semua yang kita rasakan, kita pandang, kita raba, kita cium dan sebagainya itu, merupakan suatu pengalaman. Dari  pengalaman itulah akhirnya timbul suatu keinginan. Mustahil seseorang tidak pernah melihat dan merasakan nikmatnya buah anggur, lalu tiba-tiba ia berhasrat ingin memakan dan menikmatinya.

Para hadirin ramimahumullah,

Manusia diciptakan oleh Allah dalam keadaan di mana hal-hal yang diinginkan itu telah dirasakan sebelumnya. Namun kadang-kadang sesuatu yang telah dikenal/dirasakanny itu tidak membuat ia tertarik. Tidak menimbulkan hasrat dan keinginan. Hal ini dikarenakan berlawanan dengan niat atau hasratnya. Contohnya, seseoang yang telah mengenal api, maka ia akan tahu bahaya  dan akibat yang ditimbulkan. Tentu ia tidak akan mempunyai hasrat dan niat untuk menyentuhnya. Bandingkan seseorang yang telah pernah mencicipi madu, maka sekali waktu ia mempunyai keinginan untuk merasaknnya.

Demikianlah Allah menciptakan alat-alat tubuh dengan tujuan untuk menimba ilmu dan mengumpulkan pengalaman. Sebab dari alat-alat tubuh yang disebut indera, manusia bisa mengumpulkan pengalaman.

Adapun niat adalah suatu keinginan yang mendorong tubuh kita untuk berbuat. Macam-macam dorongan untuk menggerakkan suatu amal dapatlaj digolongkan menjadi beberapa tindakan, diantaranya adalah:

Pertama, amal (tindakan) yang dibangkitkan oleh suatu jenis dorongan saja. Misalnya suatu ketika kita dihadapkan pada seekor binatang buas yang tiba-tiba sudah berapa di hadapan kita. Dengan demikian pasti kita menghindar atau lari dari binatang itu. Proses niat itu muncul karena demikian: Mula-mula kita melihat binatang dan meyakini ia cukup berbahaya. Darimanakah kita tahu jika binatang itu berbahaya? Dari ilmu dan pengalaman. Dari ilmu, misalnya kita telah mendengar cerita bahwa binatang tertentu, semisal harimau, sangat berbahaya. Kemudian dari pengalaman, mungkin pernah melihat harimau di kebun binatang yang berusaha menyerang pengunjung.  Nah, secara beruntun di hati kita timbul niat untuk menghindari tempat itu. Niat itu disusul dengan suatu amal atau tindakan. Jadi tak ada niat lain kecuali lari atau menghindar. Inilah yang disebut dorongan tunggal yang memunculkan niat di dalam hati.

Kedua, suatu ketika kita memberi sedekah kepada famili kita. Sedekah itu didorong oleh dua niat. Niat pertama karena dia masih famili dan niat kedua karena ingin beramal baik.

Ketiga, pendorong yang mempunyai kekuatan cukup untuk membangkitkan kita melakukan sesuatu. Misalnya kita memiliki niat untuk mengerjakan ibadah shalat. Pertama niat kita kuat karena shalat dianggap sebagai kewajiban. Kemudian ditambah lagi, yaitu kita berusaha menghindari dosa dan kedurhakaan kepada Allah. Ketiga niat yang menjadi satu itu merupakan pendorong kuat bagi seseorang dalam beramal ibadah.

Bapak, ibu dan saudara sekalian,

Segala amal perbuatan, terutama alam kebaikan, tidak bisa dilepaskan dengan niat. Jadi niat dan amal itu tidak dapat berdiri sendiri. Shalat yang kita kerjakan tanpa didahului dengan niat, maka tidaklah sah shalat kita. Begitu juga ibadah-ibadah lainnya.

Berbicara tentang niat, maka tentu berhubungan erat dengan ikhlas. Artinya, segala amal perbuatan yang kita lakukan, terutama amal taat, hendaknya dipasang niat. Dan niat itu haruslah ikhlas. Tanpa dilandasi niat ikhlas, maka ibadah kita menjadi sia-sia. Rasulullah SAW bersabda, "Apabila seseorang mengikhlaskan amal perbuatannya karena Allah selama empat puluh hari, maka memabcarlah hikmah dari hati dan lidahnya."

Di sisi lain Allah Taala berfirman:


Dan tiadalah mereka disuruh kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan beragama untukNya. QS Az Zumar 3.

Dalam surat Az Zumar ayat 3 tersebut difirmankan oleh Allah bahwa kita sebagai orang beriman diperintahkan untuk menyembah Allah secara ikhlas. Artinya, penyembahan atau keimanan itu hendaknya bersih karena Allah, bukan karena kita malu kepada teman, bukan malu kepada atasan, bukan malu kepada siapa pun. Namun hati kita harus bersih,niat kita hanya satu: karena Allah. Inilah yang disebut keimanan yang ikhlas.

Kemudian dalam surat lain, Allah juga berfirman:


Maka barangsiapa yang mengharap bertemu Tuhannya, hendaklah ia melakukan amal-baik, dan janganlah menyekutukan dengan sesuatu apa pun dalam menyembah Allah. QS Al Kahfi 110.

Penyekutukan Allah terhadap yang lain dalam bentuk beramal taat itu banyak sekali. Dan hal itu seringkali tidak kita sadari. Misalnya kita berniat shalat dan menyempurnakan gerakannya. Hal itu bukan bertujuan ikhlas karena Allah saja, tetapi ingin dianggap orang lain bahwa kita adalah ahli shalat. Begitu pula kita membaca Al Quran dengan lantunan merdu dan suara dikeraskan dengan tujuan agar dipuji orang. Inilah riya'.

Para hadirin yang saya hormati,

Dalam sebuah hadits Qudsi, diterangkan bahwa Allah berfirman, "Keikhlasan adalah salah satu rahasi diantara rahasiaKu. Dan Kusimpan dihati orang yang Kucintai di kalangan para hambaKu."

Dalam kaitannya dengan niat yang dicemari oleh riya', makasebuah hadits menerangkan bahwa kelak di hari Kiamat, pertama-tama kelompok atau golongan yang dihisab itu dipersoalkan. Mereka itu adalah golongan orang-orang berilmu atau golongan ulama, golongan orang-orang yang bersedekah dengan hartanya, dan golongan orang-orang yang mati syahid dalam berjihad.

Kepada para ulama, Allah bertanya, "Apa yang engkau perbuat dengan ilmumu ketika di dunia?"

Ulama itu menjawab, "Wahai Allah, kami telah memanfaatkan ilmu yang kumiliki untuk menunaikan shalat malam dan di ujung siang."

Allah berkata, "Kau bohong! Sebab yang engkau inginkan dalam beribadah itu agar orang lain mengagumimu dan mengatakan bahwa dirimu adalah seorang ulama. Dan kenyataannya memang demikian, umat mengatakan demikian kepadamu. Celakanya, engkau merasa senang dipuji oleh mereka."

Allah kemudian memerintahkan malaikat untuk melemparkan ulama itu ke dalam api neraka.

Selanjutnya golongan orang-orang yang kaya dan gemar bersedekah dipanggil. Allah bertanya kepada orang tersebut, "Aku telah memberi karunia kepadamu berupa harta benda. Kau manfaatkan untuk apakah harta benda itu ketika kau masih hidup di dunia?"

Orang yang berharta itu menjawab, "Ya Tuhan, harta itu sebagian kusedekahkan kepada fakir miskin, anak yatim dan untuk kepentingan dalam memakmurkan agama Islam."

Allah berkata, "Kau bohong! Aku Maha Mengetahui, bahwa sedekah yang kau lakukan itu bukan semata-mata untuk beribadah kepadaku. Niatmu lain. Sebab niatmu ingin engkau dipuji orang lain bahwa dirimu adalah orang yang dermawan dan gemar bersedekah. Lalu orang-orang memujimu dan kau senang dengan pujian itu."

Allah kemudian memerintahkan malaikat Zabaniah untuk melemparkan ahli sedekah itu ke jurang neraka.

Karena itu, jangan kita bangga dengan sedekah yang kita keluarkan. Jangan sibuk menghitung amal pahala yang belum tentu kita dapatkan. Selama niat sedekah itu tidak ikhlas maka pahala akan digantikan dengan siksa oleh Allah Taala.

Para hadirin yang saya hormati,

Kemudian gologan setelah itu yang dipanggil Allah ialah mereka yang ketika hidupnya berperang membela agama Islam lalu ia mati terbunuh. Yakni mati dalam keadaan syahid. Kepada orang yang syahid ini Allah bertanya, "Apakah yang telah engkau lakukan sehingga engkau mati syahid?"

Maka orang syahid itu menjawab, "Ya Allah, Engkau telah memerintahkan aku untuk pergi berjihad, maka aku berperang sampai akhirnya mati terbunuh."

Alah berkata, "Sesungguhnya engkau bohong. Engkau memang mati terbunung di medan perang dalam membela agama Allah. Namun niatmu itu tidak ikhlas."

Allah kemudian memerintahkan malaikat Zabaniah untuk menyeretnya ke dalam api neraka. Naudzubillah...

Bapak-bapak, ibu-ibu dan saudara sekalian,

Demikianlah hubungan antara niat dan ibadah kepada Allah. Oleh karena itu hendaknya kita menjaga diri dan hati kita agar tidak tercemar dari riya'. Riya' adalah senang dipuji orang lain. Dalam urusan beramal taat, maka niat harus bersih, hanya kepada Allah semata. Semoga pidato singkat ini ada guna dan manfaatnya, Mohon maaf jika ada kekurangan dan terima kasih atas perhatiannya.

Bilahit taufiq wal hidayah, wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sumber: Budianta. 2003. Materi-Materi Kultum Kuliah 7 Menit. Surabaya: Pustaka Media.

Demikianlah artikel yang berjudul Contoh Pidato Bahasa Indonesia: Hakikat Niat Dalam Beribadah. Terima kasih telah meluangkan waktu Anda untuk membaca Contoh Pidato Bahasa Indonesia: Hakikat Niat Dalam Beribadah. Semoga Contoh Pidato Bahasa Indonesia: Hakikat Niat Dalam Beribadah menjadi artikel yang bermanfaat bagi Anda semua. Dan bagikanlah Contoh Pidato Bahasa Indonesia: Hakikat Niat Dalam Beribadah kepada orang lain agar Contoh Pidato Bahasa Indonesia: Hakikat Niat Dalam Beribadah lebih bermanfaat bagi Anda semua.

Sabtu, 27 Desember 2014

, ,

Contoh Pidato Bahasa Indonesia: Meneguhkan Iman


(Contoh Pidato Bahasa Indonesia: Meneguhkan Iman)


Assalamualaikum war. wab.

(Mukadimah)

Bapak-bapak, ibu-ibu dan saudara sekalian yang dirahmati Allah. Alhamdulillah dalam kesempatan ini, kita masih diberi kesehatan sehingga bisa bersilaturrahim dalam acara..........

Para hadirin yang dirahmati Allah,

Kita telah mengaku Islam. Karena itu kita harus beriman kepada Allah. Karena kita telah bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, maka tidak boleh sedikit pun mencoba menyekutukan Allah. Iman harus ada di dalam hati kita. Jika iman terlepas, maka kita akan celaka. Seseorang yang imannya lepas dan ia kebetulan mati, maka matinya menjadi suul khatimah. Naudzubillah. Jadi orang yang meneguhkan iman merupakan syarat mutlak bagi orang yang ingin mencapai khusnul khatimah.

Bapak, Ibu dan saudara sekalian,

Apakah beriman itu hanya berikwar dengan dua kalimat syahadat? Apakah hanya percaya kepada Allah sebagai Tuhan yang Esa dan tidak menyekutukanNya? Itu belum cukup. Belum dikatakan beriman jika seseorang enggan menjalankan perintah Allah dan ia masih suka dengan maksiat. Masih suka melanggar laranganNya.

Para hadirin rahimahumullah,

Tanda-tanda orang yang beriman ialah taat dan bertakwa. Jika disebut nama Allah, maka hatinya menjadi bergetar an imannya semakin kuat.

Nyatanya, bahwa yang sebenar-benarnya dianggap orang beriman adalah mereka yang imannya sempurna. Manakala asma Allah disebut-sebut maka bergetarlah jiwanya. Jika dibacakan ayat-ayat Allah, ditunjukkan kebesaranNya melalui tanda-tanda di alam ini, maka iman di dadanya semakin teguh. Begitu juga, mereka rajin mengerjakan shalat dan suka bersedekah dari harta yang dimilikinya. Mereka merasa takut kepada Allah jika mendekati kemaksiatan. Segala urusannya, baik masalah kehidupan dunia maupun kepentingan akhirat, selalu disandarkan kepada Allah.

Para hadirin yang berbahagia,

Kadar keimanan seseorang bisa kuat dan bisa pula lemah. Agar iman kita tetap teguh, maka harus ditopang dengan amal ibadah. Sebab amal ibadah itu di samping dapat meneguhkan iman juga dapat mencegah perbuatan maksiat.

Kadar keimanan dapat juga ditingkatkan dengan cara membaca ayat-ayat Allah. Apakah ayat-ayat Allah itu? Ayat-ayat Allah itu tidak sebatas Al Qur'an. Namun selain itu ialah tanda-tanda kebesaranNya. Adapun tanda-tanda kebesaran itu adalah bukti yang dapat kita saksikan, berupa ciptaan Allah di dunia ini. Membaca ayat-ayat Allah bisa kita lakukan dengan pengamatan dan dengan bertafakur (berpikir). Dengan demikian hilanglah keragu-raguan di hati kita. Lalu timbullah keyakinan yang sungguh-sungguh bahwa Allah itu Maha Kuasa. Rasulullah SAW pernah bersabda, "Memikirkan tentang bukti kebesaran Allah sesaat saja, lebih baik daripada ibadah selama tujuhpuluh tahun."

Bapak, Ibu dan saudara sekalian yang saya hormati,

Beriman kepada Allah termasuk pula menerima dan membenarkan adanya firmanNya yang telah sampai di telinga kita. Setelah menerima dan membenarkan, hendaknya dilanjutkan dengan cara mempelajari atau mengkaji. Jika firman Allah dan hadits-hadits dipelajari maka tidak ada alasan untuk mengabaikannya. Artinya, kita harus menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, iman kepada Allah juga erat kaitannya dengan berdzikir. Maka dzikir sendiri adalah mengingat Allah, di mana dan kapan saja. Jika kita telah menyatakan beriman kepada Alah tetapi seringkali melupakan Dia, maka belumlah dianggap sempurna iman di dada ini. Orang yang bebar-benar beriman ialah mereka yang merasa selalu diawasi oleh Allah dan selalu berdzikir kepadaNya.

Dzikir adalah salah satu dari sekian banyak cara untuk meneguhkan iman. Diterangkan dalam hadits bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Ketahuilah, aku akan mengungkapkan kepadamu tentang amal yang terbaik dan paling bersih di sisi Allah, paling tinggi untuk menaikkan kedudukanmu, dan infaq emas perak terbaik bagimu, serta jihad yang terbaik bagimu." Sahabat bertanya, "Amalan apakah, ya Rasul?" Rasullah SAW menjawab, "Yaitu dzikir kepada Allah."

Para hadirin yang dirahmati Allah,

Dzikir kepada Allah merupakan tingkat derajat tertinggi yang membawahi segala bentuk ibadah. Sebab ibadah hanyalah sebagai sarana untuk mencapai dzikrullah. Sedangkan kedudukan dzikrullah yang sederhana ialah lisanya menyebut Allah dan hatinya mengikuti. Sedangkan dzikir yang sudah mencapai tingkat makrifat ialah lisannya tidak mengucapkan tetapi batinnya selalu ingat kepada Allah tanpa putus-putusnya.

Dzikir merupakan bentuk mengingat Allah. Kalau seseorang selalu mengingat Allah berarti ia rindu kepadaNya. Kalau sudah rindu, maka ia akan manjalankan amal ibadah secara ikhlas dan berjuang untuk menghindarkan diri dari dosa. Dengan begitu, maka iman di dadanya menjadi kuat dan teguh. Nabi SAW bersabda, "Akan keluar dari neraka, orang yang di dalam hatinya terdapat iman meskipun hanya sekecil rambut."

Para hadirin,

Iman yang sudah kita pegang teguh dan Islam yang kita peluk sebagaimana agama dan pembimbing ke jalan lurus merupakan suatu hidayah dari Allah. Oleh sebab itu haruslah kedua-duanya itu kita pertahankan agar jangan sampai terlepas. Sebab kalau terlepas terlepas, maka akan celaka. Tidak menutup kemungkinan kadar keimanan di dada ini menurun, tetapi jangan sampai terlepas.

Tak sedikit orang yang imannya rontok dan menjadi murtad. Hal ini disebabkan karena dangkalnya ilmu tentang agama Islam dan malas melakukan amal ibadah. Akibatnya ia terpengaruh dan  menjadi keluar dari Islam. Bahkan keimanannya ditanggalkan. Sungguh keadaan seperti ini jangan sampai menimpa diri kita,  karena merupakan bencana yang sangat besar. Naudzubillah...

Dalam Al Quran diterangkan:


.... Barangsiapa yang murtad dari agamanya, lalu dia mati dalam keadaan kafir, maka amalan mereka itu terhapus di dunia ini dan di akhirat. Mereka itu penghuni Neraka dan mereka kekal selama-selamanya. QS. Al Baqarah 217.

Orang murtad ialah yang imannya rontok dan keluar dari agama Islam. Jika ia mati, maka menemui keadaan buruk karena amal kebaikannya tidak diperhitungan.

Berarti ia tertutup hidadah dari Allah. Orang yang murtad sama dengan melakukan pengkhianatan yang sangat besar. Oleh karenanya ia wajib diberi hukuman yang seberat-beratnya. Murtad dari Islam berarti menginjak-injak prinsip-prinsipnya. Dan hal ini merupakan musuh bagi umat manusia. Karena itu bagi kita seorang muslim, wajiblah memegang teguh akidah dan berjalan pada prinsip-prinsip ajaran Rasulullah SAW.

Bapak, Ibu dan saudara sekalian,

Pada kesempatan ini saya akan mencoba menyampaikan menyampaikan kata-kata Al Anbiya Hasan Al Basri. Beliau berkata, bahwa seseorang yang murtad dari Islam pada dasarnya bermaksud menjelek-jelekkan Islam. Cara yang demikian itu ditempuh oleh orang-orang Yahudi di awal munculnya dakwah Islam. Dengan cara licik, mereka memasang tipu daya. Pada umumnya mereka berduyun-duyun masuk ke Dien Islam. Setelah itu mereka keluar dari Islam. Mereka mengadakan provokasi agar orang-orang yang belum masuk Islam justru keluar untuk mengikuti ajaran agama lain. Demikianlah siasat orang Yahudi dalam memusuhi Islam. Mereka menciptakan kesan negatif terhadap orang-orang yang belum masuk Islam dengan cara yang licik. Mereka sudah sepakat terhadap suatu siasat untuk masuk Islam, kemudian keluar, agar orang lain terpengaruh oleh sikap mereka. Terutama sekali bagi orang-orang yang belum masuk Islam.

Allah berfirman:


"Segolongan (lain) dari Ahli Kitab berkala kepada sesamanya, "Perhatikanlah (seakan-akan) kamu beriman kepada apa yang diturunkan kepada orang-orang beriman (sahabat-bahabat Rasul) pada permulaan siang dan ingkarlah ia pada akhirnya, supaya mereka (orang-orang mukmin) kembali (kepada kefakiran)". QS. 3:72.

Saudara-saudara sekalian,

Orang-orang Yahudi itu berkata, "Berimanlah kepada Al Quran yang diturunkan kepada Muhammad pada permulaan siang, yaitu pagi hari. Kemudian ingkarilah pada akhirnya; yaitu pada malam harinya. Semoga dengan siasat itu kamu dapat memfitnah orang0orang beriman sehingga mereka keluar dari Dien Islam dan kembali kepada agama semula."

Menurut Muhammad Abduh bahwa peristiwa yang diceritakan dalam Al Quran mengenai sikap kaum Yahudi yang mencoba menghalang-halangi manusia untuk masuk agama Islam itu merupakan siasat yang cukup logis. Sebab jika Islam itu benar, maka orang-orang yang sudah masuk Islam tak akan keluar lagi, demikian yang dimaksudkan oleh Rasulullah SAW adalah membunuh pelaku murtad.

Oleh karena itu Rasulullah SAW ketika itu mengambil tindakan tegas terhadap orang-orang yang murtad, yang juga mempengaruhi orang lain agar mengikuti langkah mereka. Hukuman yang ditetapkan oleh Rasulullah SAW adalah membunuh pelaku murtad.

Oleh sebab itu ahai para hadirin ramimahumullah, hendaknya kita tetap berpegang teguh pada agama Islam yang kita yakini baik dan benar ini. Jangan sampai iman terlepas dari kehidupan ini sampai menemui ajal.

Para hadirin ramimahumullah,

Pada kesempatan ini kiranya perlu unutk saya tambahkan tentang kalimat tauhid. Sebab kalimat tauhid merupakan ikrar iman. Kalimat tauhid itu harus sering-sering kita ucapkan. Setiap mukmin hendaknya sering mengucapkan kalimat tauhid yaitu dua kalimat syahadat. Bacaan itu hendaknya dilakukan di setiap ada kesempatan. Hendaknya pula kita memohon kepada Allah agar iman jangan sampai terlepas. Di samping itu hendaknya pula kita beristiqamah dalam menghindari kemaksiatan. Jangan sampai hati kita dirasuki bisikan-bisikan setan yang akan menyesatkan diri kita.

Kalimat tauhid merupakan kunci pembuka surga. Artinya bahwa dengan kalimant tauhid yang diwujudkan dengan perilaku dan amalan taat, maka seseorang akan dapat meraih kehidupan surga. Kalimat laa ilaaha illaallaah tidak cukup hanya diucapkan saja. Tetapi harus diwujudkna dalam kehidupan beramal taat. Karena itu Rasulullah SAW bersabda, "Kunci pembuka surga adalah kalimat laa ilaaha illaahhaah."

Demikianlah pidato singkat yang bisa saya sampaikan dalam kesempatan ini. Jika ada kesalahan, maka hal itu karena khila' dan kebodohan ilmu saya. Namun jika dalam materi itu dapat dipetik kebenarannya, maka hal itu semata-mata karena ilmu Allah. Mohon maaf atas segala kekurangannya.

Billahit taufiq wal hidayah, wassalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

Sumber: Budianta. 2003. Materi-Materi Kultum Kuliah 7 Menit. Surabaya: Pustaka Media.

Demikianlah artikel yang berjudul Contoh Pidato Bahasa Indonesia: Meneguhkan Iman. Terima kasih telah meluangkan waktu Anda untuk membaca Contoh Pidato Bahasa Indonesia: Meneguhkan Iman. Semoga Contoh Pidato Bahasa Indonesia: Meneguhkan Iman menjadi bermanfaat bagi Anda semua. Dan bagikanlah Contoh Pidato Bahasa Indonesia: Meneguhkan Iman kepada orang lain agar Contoh Pidato Bahasa Indonesia: Meneguhkan Iman lebih bermanfaat.

Kamis, 25 Desember 2014

, ,

Contoh Pidato Bahasa Jawa: Tugas Para Rasul


(Contoh Pidato Bahasa Jawa: Tugas Para Rasul)


Allah ngendika ing Al Qur'an Surat Ibrahim ayat 6:
 

Maknanipun: (Muhammad) Sira nyritakna lelakone Nabi Musa, nalika dhawuh marang para umate: "Sira padha elinga paparinge Allah kabungahe marang sira, kayata Allah wus paring slamet marang sira, luar saka panganiaya utawa pialane Fir'au sapunggawane, kang padha nganiaya marang sira, nindakake siksa kang siya-siya, apa dene mbelehi anak-anakmu kang lanang, dene anakira kang wadon padha diuripi. Kang mangkono iku dadi coba kang feghe sakan Allah Pangeranira.

Ing ayat punika Allah ngendika nyanyosaken Nabi Musa nalika ngemutaken bab pinten-pinten nikmat ingkang dipun paringaken dhateng piyambakipun (para umat). Kados pundi tiyang-tiyang kalawau sampun dipun luwari utawi dipun bebasaken saking siksanipun Fir'aun dalah sak punggawanipun. Kanthi mejahi bocah-bocah lanang lan nguripi bocah-bocah wadon, kang lagi lahir. Lan kabeh kang wus padha disandhang kang awujud tindakan sewenang-wenang, dak siya marang sapadha-padha titah utawa kawulaning Allah. Iku kabeh dadi pacobaning Allah kang gedhe. Sak banjure Allah mbebasake utawa ngluwari saka pacoban iku kabeh, kang ateges sawijining nikmat kang agung kang diparingake dening Allah marang wong Bani Israil iku.

Ing ayat 7 Surat Ibrahim Allah ngendika:


Maknanipun: Lan maneh sira padha elinga nalika Allah Pangeranira ngundhangake dhawuh mangkene: "(He wong Bani Israil) menawa sira padha syukur ing Allah mesthi peparing Ingsung kebungahan marang sira kang uwis, iku Ingsung tambahi maneh, nanging menawa sira maido marang peparing Ingsung kabungahan, sira bakal Insung patrapi siksa. Sumurupa siksaningsun iku luwih dening abot."

Ing ayat punika Allah ngendika, supados nikmat ingkang sampun kaparingaken punika sami dipun syukuri, inggih punika kanthi nindakaken sedaya dhawuh lan nebehi sedaya ingkang dados pepacuhipun Allah. Sarta Allah badhe tansah nambahi nikmat-nikmat punika wau. Nanging menawi sedaya nikmat saking Allah punika tansah dipun umpetaken mangka Allah ngancam badhe ndhawahaken siksanipun ingkang langkung awrat lan njabut sedaya nikmat ingkang sampaun dipun paringaken.

Musa ngendika dhateng umatipun: "Menawa sira lan kabeh manungsa ing saklumahing bumi iki padha ngumpetake nikmating Allah, kabeh manungsa ora gelem nyukuri nikmat mau, mangka babar pisan Allah ora butuh marang syukure wong-song mau." Kados ingkang kamot ing ayat 8 Surat Ibrahim:


Maknanipun: Nabi Musa banjur paring dhawuh: "He para sedulur ingsun Bani Israil kabeh, menawa sira dalah wong saisining bumi iki kabeh padha maido peparinge Allah kabungahe, Allah ora bakal eman utawa kogel anggone matrapi siksa."

Sumurupa Allah iku ora butuh marang para kawulane tur Allah iku Dzat Kang Pinuji.

Diriwayatake dening Muslim saka Abu Dzaar menawa Rasulullah SAW ngendika ing sawijining hadits Qudsi: Ingkang maknanipun Allah ngendika: He para kawulaningsun! saupama sira kabeh golongan manungsa lan golongan jin, wiwit kang kawitan nganti tumeka kang pungkasan, darbe ati siji kang taqwa ing antaranira. Kabeh iku mau ora bakal nambahi sawiji apa bae ing Kraton ingsun. He para kawulaningsun! Saupama sira kabeh saka golongan manungsa lan Jin, wiwit kang kawitan nganti kang pungkasan, darbe ati sawijining wong kang paling duraka, kabeh iku ora bakal ngurangi sawiji apa bae saka kagungan Ingsun (Kraton Ingsun). He para kawulaningsun! Saupama sira kabeh saka golongan manungsa lan jin, wiwit kang kawitan nganti pungkasan, kabeh mau padha ngadeg jejer padha nyuwun apa sing dikarepake, banjur Ingsun paringi kabehkang padha disuwun iku. Babar pisan kabeh kang wus Ingsun paringake mau ora ngurangi sethithikan bae marang barang darbek Ingsun. (Kraton Insun). Kajaba kaya dene sawijining dom kang dicemplungake ing samudra, banjur kang katut utawa nelesi jarum utawa dom mau (kang wus nyukupi kabeh kabutuhane para manungsa lan jin kang padha njaluk marang Ingsun.

Ing pungkasaning ayat 8 iku Allah ngendika: Sumurupa Allah iki ora butuh marang para kawulane tur Allah iku Dzat Kang Pinuji.

Iku kabeh dadi tugase para Rasul supaya ditekakake marang para umate.

Sumber: Rais, Adhiman Sudjuddin. 2002. Kultum Mirunggan Aqidah Islam Basa Jawi. Sukoharjo: CV. Cendrawasih.

Demikianlah artikel yang berjudul Contoh Pidato Bahasa Jawa: Tugas Para Rasul. Terima kasih telah meluangkan waktu Anda untuk membaca Contoh Pidato Bahasa Jawa: Tugas Para Rasul. Semoga Contoh Pidato Bahasa Jawa: Tugas Para Rasul bermanfaat bagi Anda semua.

Info Menarik:

Diberdayakan oleh Blogger.