Minggu, 28 Desember 2014

Filled Under:

Contoh Pidato Bahasa Indonesia: Keutamaan Orang Jujur


(Contoh Pidato Bahasa Indonesia: Keutamaan Orang Jujur)


Assalamualaikum war. wab.

(Mukadimah)

Bapak-bapak, ibu-ibu, dan saudara-saudara sekalian yang saya hormati.

Pertama sekali, marilah kita memanjatkan puji syukut yang tiada terhingga kepaa Allah SWT. Karena Dia telah memberi kita karunia dan nikmat yang sangat besar. Karunia dan nikmat itu iadalah umur yang panjang, kesehatan yang baik, dan kesempatan yang luang sehingga kita semua bisa menghadiri acara.......... . Tanpa ijin dari Allah tak mungkin kita bisa hadir dan bermuwajahah di tempat ini.

Kedua kalinya, semoga keselamatan dan kesejahteraan tetap dilimpahkan Allah kepada panutan kita semua, yakni Rasulullah SAW berikut para keluarganya, para sahabatnya, para ulama-ulama dan seenap pengikutnya, umat Islam sekalian. Aamiin.

Para hadirin sekalian,

Ciri seorang muslim sejati adalam jujur. Bukanlah dikatakan muslim sejati jika seseorang masih suka berbohong dan menipu. Rasulullah Muhammad SAW dalam kehidupan sehari-harinya dikenal sebagai orang yang dapat dipercaya. Karena itu jujur merupakan akhlak yang sangat baik dan indah menurut pandangan Allah.

Sesungguhnya jika kita hidup di dunia iini memelihara kejujuran, maka kedamaian akan dapatlah dirasakan oleh seluruh manusia. Orang-orang yang selalu jujur dalam setiap tindakan dan ucapan, maka termasuk golongan yang beruntung. Artinya, ia beruntung di dunia dan beruntung di akhirat.

Bapak-bapak, Ibu-ibu dan saudara sekalian,

Kita semua setuju bahwa jujur merupakan budi pekerti yang mulia. Kejujuran dapat membimbing manusia menuju kebaikan. Apabila seseorang telah jujur dan mampu menempatkan suatu kebaikan, maka ia terbimbing menuju ke surga. Bukankah Rasulullah SAW pernah bersabda:


"Sesugguhnya kejujuran membimbing ke arah kebaikan. Dan kebaikan itu membimbing ke surga. Seseorang yang jujur, maka hingga di sisi Allah ia akan menjadi orang yang jujur dan benar. Sedangkan sifat dusta membimbing seseorang pada kejahatan. Lalu kejahatan itu menyeret ke neraka. Seseorang yang biasa berdusta, maka hingga di sisi Allah kelak tetap menjadi pendusta." HR. Bukhari Muslim.

Para hadirin yang dirahmati Allah,

Orang yang suka berterus-terang dan jujur dalam segala hal kehidupan ini, maka ia termasuk memiliki sifa kenabian. Sebab tentu saja orang-orang yang jujur ini suka sekali dengan kebenaran. Karena sukanya, maka ia selalu memelihara akhlaknya dari dusta. Karena itu ia cenderung untuk melakukan kebaikan dan menegakkan kebenaran agama.

Dalam surat Maryam ayat 41, Allah berfirman:


Dan sebutkanlah dalam Al Kitab tentang Ibrahim, bahwa dia adalah seorang yang benar dan jujur, lagi pula seorang Nabi. QS Maryam 41.

Kemudian di bagian lain, yaitu ayat 54 diterangkan pula:


Dan sebutkan lah dalam kitab, tentang Ismail bahwa dia adalah seorang yang jujur, suka menepati janji, dan lagi pula dia adalah seorang Rasul dan Nabi. QS. Maryam 54.

Tentang kejujuran Nabi Idris pun disinggung dalam Al Quran:


Dan sebutkanlah dalam Al Kitab tentang Idris bahwa dia adalah seorang yang benar, jujur dan lagi pula seorang Nabi.

Para Bapak, Ibu dan saudara sekalian,

Kejujuran itu dekat dengan kebenaran. Kebenaran adalah sesuatu yang disenangi Allah. Jika Allah senang, maka pastilah dia akan mengasihi. Dan hambaNya yang jujur, maka kelask di hari Kiamat akan disediakan tempat yang menyenangkan, yaitu surga.

Sesungguhnya kejujuran dan sikap terus terang akan membawa diri seseorang menuju ke jalan kemerdekaan jiwa. Jiwa yang merdeka bebas tanpa ikatan. Sebab orang yang selalu jujur, maka ia tidak merasa cemas dan takut kepada siapapun. Apa yang dilihatnya akan dikatakan apa adanya. Tiada tersembunyi dan terselipi kebohongan sedikit pun.

Orang yang senantiasa jujur, maka ia pun jujur terhadap dirinya sendiri. Kejujuran pada diri sendiri dapat menghantarkan dirinya pada suatu kemajuan. Dimana, karena jujur, akhirnya ia mengakui kekurangan dan kelematannya, pasti ia tidak mempunyai sifat sombong. Dan dengan demikian tentu akan terus belajar dan berusaha untuk meningkatkan diri dan memperbaiki kelemahan yang dimiliki.

Para hadirin sekalian yang saya hormati,

Sekali lagi saya katakan bahwa orang yang jujur tidak akan takut kepada siapa pun juga. Jika ia harus menghadapi bahaya dari perkataannya yang jujur, maka ia tak perlu khawatir. Bahkan ia tak segan-segan mengatakan apa adanya. Tetapi terhadap diri dan hatinya sendiri ia sangat takut. Ketakutan itu ialah jangan-jangan ia telah memungkiri suara hatinya sendiri.  Di mana suara hati selalu mengemukakan kebenaran.

Oleh karena itu sebagai seorang muslim, hendaknya kita senantiasa bersikap jujur, di mana dan kapan saja. Dalam pergaulan sehari-hari, kejujuran perlu diterapkan. Marilah kita tunjukkan kepada masyarakat bahwa seorang muslim selalu memiliki akhlak mulia.

Para hadirin yang di rahmati Allah,

Setelah Ali bin Abu Thalib wafat, maka ketika itu kekhalifahan diserahkan kepada putranya yaitu Hasan. AKan tetapi Hasan merasa bahwa pemerintahannya tidak menguntungkan, maka ia mengajak melakukan perdamaian dengan Muawiyah. Dengan demikian maka kekuasaan kekhalifaan jatuh ke tangan Muawiyah.

Pada suatu ketika, Muawiyah pergi haji ke Makkah. Di sana ada pemeriksaan terhadap nama-nama orang yang sangat menyintai Ali dan membenci Muawiyah, Maka dijumpai nama seorang perempuan yang sangat benci kepada Muawiyah. Perempuan itu pun diperiksa seperti halnya seorang polisi memeriksa tersangka.

Tanya Muawiyah kepada perempuan itu, "Aku ingin berbicara, mengapa engkau begitu sayangnya kepada Khalifah Ali dan membenciku? Dapatkah engkau menjelaskan alasanmu?"

Perempuan itu mengajukan permintaan, "Jika aku bicara jujur, apakah Tuan memberi jaminan atau mengampuni aras pengakuanku itu?"

Muawiyah berkata, "Tidak, aku adalah penguasa. Aku seorang khalifah. Karena itu aku tidak akan memberi ampunan kepadamu"

Perempuan itu berkata, "Jika Tuan tidak mengampuniku, maka justru aku akan berkata terus terang, mengapa aku menyintai Sayyidina Ali dan tidak begitu suka kepada Tuan."

Kata Muawiyah, "Katakanlah!"

Perempuan itu berkata, "Demi Allah, aku lebih menyintai Sayyidina Ali."

"Mengapa?" tanya Muawiyah.

Perempuan tua itu dengan jujur mengatakan, "Sayyidina Ali sangat adil kepada rakyatnya. Jika membagi sesuatu, maka dibaginya dengan rata, tak ada yang berlebih dan berkurang. Setiap orang menerima bagiannya dengan puas hati."

Muawiyah menyela, "Apakah diriku tidak demikian?"

Perempuan itu menjawab, "Aku sungguh tidak suka kepada Tuan."

Muawiyah terperanjat dan bertanya, "Apa alasanmu?"

Perempuan itu menjawabnya, "Karena engkau suka memerangi orang, engkau suka merampas hak orang lain. Aku berpihak kepada Sayyidina Ali sebab Rasulullah mempercayakan dia menjadi khalifah. Dia sangat mengasihi orang miskin dan memuliakan orang beragama."

Tanya Muawiyah, "Apakah diriku tidak demikian?"

Jawab perempuan itu, "Demi Allah, Tuan tidak demikian. Engkau suka menumpahkan darah. Engkau penguasa dzalim. Engkau terbiasa memutuskan hukuman di atas hawa nafsu; bukan demi keadilan."

Tanya Muawiyah, "Pernahkan engkau melihat Ali?"

Dengan jujur perempuan tua itu menjawab, "Demi Allah, aku pernah menjumpainya."

Tanya Muawiyah, "Bagaimana sikap dan pandangan hidupnya?"

Perempuan itu menjawab, "Sayyidina Ali tidak gila jabatan, tidak gila hormat seperti Tuan Muawiyah. Dia tiak menumpuk harta kekayaan seperti Tuan Muawiyah."

Muawiyah bertanya, "Apakah engkau sekarang membutuhkan pertolonganku?"

Perempuan itu balik bertanya, "Apakah Tuan mau memberikan sesuatu jika aku memintanya?"

Muawiyah memastikan, "Oh, tentu."

"Sekarang, aku minta seratus unta betina dengan anaknya dan sekaligus penggembalanya." pinta perempuan tua tersebut.

Muawiyah menjadi terperanjat ketika mendengar permintaan perempuan tua itu. "Untuk apakah kau membutuhkan unta sebanyak itu? Bukankah usiamu sudah senja?"

Jawab perempuan itu, "Dengan unta-unta itu aku akan bisa berbuat mulia. Air susunya kuberikan kepada anak-anak dan lainnya untuk kumanfaatkan bagi fakir miskin."

Tanya Muawiyah lagi, "Jika aku mengabulkan permintaan itu, apakah kemudian engkau menyintaiku seperti halnya dirimu menyintai Ali?"

Dengan jujur perempuan itu menjawab, "Tidak. Tidak mungkin cintaku kepada Sayyidina Ali sama dengan cintaku kepada Tuan. Namun setidak-tidaknya kadar cintaku lebih rendah dibandingkan kepada Sayyidia Ali."

Mendengar pengakuan yang jujur dan polos itu, maka hati Muawiyah tiba-tiba menjadi bergetar. Muawiyah kemudian bersyair, "Jika daku tak siap sedia, bersopan santun pada dirimu. Siapa lagi orang yang diharapkan untuk bersantun kepada temannya? Terimalah ini, an semoga engkau tenang. Ingatlah dan kenanglah perbuatanku. Semoga Tuhan membalasnya. Perang akan kugantikan dengan sikapku yang menyintai kedamaian."

Para hadirin yang saya hormati,

Demikianlah kemuliaan sikap jujur. Seperti halnya yang dicontohkan seorang wanita tua yang dengan tegas mengatakan jujur pada penguasa. Justru sikapnya yang polos dan tidak dibuat-buat, dapat mengubah sikap penguasa menjadi lunak.

Oleh karena itu setidak-tidaknya kita harus meniru orang-orang yang pantas untuk diteladani agar kejujuran tetap terpelihara. Agar pula kedustaan sirna dalam kebiasaan kita sehari-hari. Semoga uraian singkat ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bilahit taufiq wal hidayah, wassalamualaikum warahmatullaaho wabarakatuh.

Sumber: Budianta. 2003. Materi-Materi Kultum Kuliah 7 Menit. Surabaya: Pustaka Media.

Demikianlah artikel yang berjudul Contoh Pidato Bahasa Indonesia: Keutamaan Orang Jujur. Terima kasih telah meluangkan waktu Anda untuk membaca Contoh Pidato Bahasa Indonesia: Keutamaan Orang Jujur. Semoga Contoh Pidato Bahasa Indonesia: Keutamaan Orang Jujur menjadi bermanfaat bagi Anda semua. Dan bagikanlah Contoh Pidato Bahasa Indonesia: Keutamaan Orang Jujur kepada orang lain agar Contoh Pidato Bahasa Indonesia: Keutamaan Orang Jujur lebih bermanfaat.

0 komentar:

Posting Komentar