Minggu, 28 Desember 2014

Filled Under: , ,

Contoh Pidato: Hakikat Niat Dalam Beribadah


(Contoh Pidato Bahasa Indonesia: Hakikat Niat Dalam Beribadah)


Assalamualaikum war. wab.

(Mukadimah)

Bapak-bapak, Ibu-ibu, dan saudara-saudara sekalian yang saya hormati.

Pertama sekali, marilah kita memanjatkan puji syukur yang tiada terhingga kepada Allah SWT. Krena Dia telah memberi kita karunia dan nikmat yang sangat besar. Karunia dan nikmat itu ialah umur yang panjang, kesehatan yang baik, dan kesempatan yang luang sehingga kita semua bisa menghadiri acara .......... . Tanpa ijin dari Allah tak mungkin kita bisa hadir dan bermuwajahan di tempat ini.

Kedua kalinya, semoga keselamatan dan kesejahteraan tetap dilimpahkan Allah kepada panutan kita semua, yakni Rasulullah SAW berikut para keluarganya, para sahabatnya, para ulama-ulama dan segenap pengikutnya, umat Islam sekalian. Amiin.

Para hadirin sekalian,

Pada kesempatan ini ijinkanlah saya akan mencoba mengetengahkan tentang hakikta niat dalam beribadah. Namun sebelum sampai pada materi itu, hendaknya diketahui bahwa niat dalam beribadah itu erat kaitannya dengan ilmu. Karena itulah umat Islam harus pandai dan memiliki ilmu.

Sesungguhnya ilmu itu sangat berperan bagi kehidupan umat manusia. Kita bisa memandang, melihat dan meraba. Melalui indera tersebut akhirnya kita memliki ilmu. Entah ilmu pengerahuan atau ilmu-ilmu agama. Dengan adanya ilmu yang kita miliki, maka kita memiliki hasrat atay kemauan. Misalnya kita bisa melihat mereka sesuatu, bahkan merasakannya. Lalu sekali waktu, yakni pada kesempatan lain, hati ini akan tergerak untuk berkeinginan dapat meraba, memandang atau merasakannya. Artinya, semua yang kita rasakan, kita pandang, kita raba, kita cium dan sebagainya itu, merupakan suatu pengalaman. Dari  pengalaman itulah akhirnya timbul suatu keinginan. Mustahil seseorang tidak pernah melihat dan merasakan nikmatnya buah anggur, lalu tiba-tiba ia berhasrat ingin memakan dan menikmatinya.

Para hadirin ramimahumullah,

Manusia diciptakan oleh Allah dalam keadaan di mana hal-hal yang diinginkan itu telah dirasakan sebelumnya. Namun kadang-kadang sesuatu yang telah dikenal/dirasakanny itu tidak membuat ia tertarik. Tidak menimbulkan hasrat dan keinginan. Hal ini dikarenakan berlawanan dengan niat atau hasratnya. Contohnya, seseoang yang telah mengenal api, maka ia akan tahu bahaya  dan akibat yang ditimbulkan. Tentu ia tidak akan mempunyai hasrat dan niat untuk menyentuhnya. Bandingkan seseorang yang telah pernah mencicipi madu, maka sekali waktu ia mempunyai keinginan untuk merasaknnya.

Demikianlah Allah menciptakan alat-alat tubuh dengan tujuan untuk menimba ilmu dan mengumpulkan pengalaman. Sebab dari alat-alat tubuh yang disebut indera, manusia bisa mengumpulkan pengalaman.

Adapun niat adalah suatu keinginan yang mendorong tubuh kita untuk berbuat. Macam-macam dorongan untuk menggerakkan suatu amal dapatlaj digolongkan menjadi beberapa tindakan, diantaranya adalah:

Pertama, amal (tindakan) yang dibangkitkan oleh suatu jenis dorongan saja. Misalnya suatu ketika kita dihadapkan pada seekor binatang buas yang tiba-tiba sudah berapa di hadapan kita. Dengan demikian pasti kita menghindar atau lari dari binatang itu. Proses niat itu muncul karena demikian: Mula-mula kita melihat binatang dan meyakini ia cukup berbahaya. Darimanakah kita tahu jika binatang itu berbahaya? Dari ilmu dan pengalaman. Dari ilmu, misalnya kita telah mendengar cerita bahwa binatang tertentu, semisal harimau, sangat berbahaya. Kemudian dari pengalaman, mungkin pernah melihat harimau di kebun binatang yang berusaha menyerang pengunjung.  Nah, secara beruntun di hati kita timbul niat untuk menghindari tempat itu. Niat itu disusul dengan suatu amal atau tindakan. Jadi tak ada niat lain kecuali lari atau menghindar. Inilah yang disebut dorongan tunggal yang memunculkan niat di dalam hati.

Kedua, suatu ketika kita memberi sedekah kepada famili kita. Sedekah itu didorong oleh dua niat. Niat pertama karena dia masih famili dan niat kedua karena ingin beramal baik.

Ketiga, pendorong yang mempunyai kekuatan cukup untuk membangkitkan kita melakukan sesuatu. Misalnya kita memiliki niat untuk mengerjakan ibadah shalat. Pertama niat kita kuat karena shalat dianggap sebagai kewajiban. Kemudian ditambah lagi, yaitu kita berusaha menghindari dosa dan kedurhakaan kepada Allah. Ketiga niat yang menjadi satu itu merupakan pendorong kuat bagi seseorang dalam beramal ibadah.

Bapak, ibu dan saudara sekalian,

Segala amal perbuatan, terutama alam kebaikan, tidak bisa dilepaskan dengan niat. Jadi niat dan amal itu tidak dapat berdiri sendiri. Shalat yang kita kerjakan tanpa didahului dengan niat, maka tidaklah sah shalat kita. Begitu juga ibadah-ibadah lainnya.

Berbicara tentang niat, maka tentu berhubungan erat dengan ikhlas. Artinya, segala amal perbuatan yang kita lakukan, terutama amal taat, hendaknya dipasang niat. Dan niat itu haruslah ikhlas. Tanpa dilandasi niat ikhlas, maka ibadah kita menjadi sia-sia. Rasulullah SAW bersabda, "Apabila seseorang mengikhlaskan amal perbuatannya karena Allah selama empat puluh hari, maka memabcarlah hikmah dari hati dan lidahnya."

Di sisi lain Allah Taala berfirman:


Dan tiadalah mereka disuruh kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan beragama untukNya. QS Az Zumar 3.

Dalam surat Az Zumar ayat 3 tersebut difirmankan oleh Allah bahwa kita sebagai orang beriman diperintahkan untuk menyembah Allah secara ikhlas. Artinya, penyembahan atau keimanan itu hendaknya bersih karena Allah, bukan karena kita malu kepada teman, bukan malu kepada atasan, bukan malu kepada siapa pun. Namun hati kita harus bersih,niat kita hanya satu: karena Allah. Inilah yang disebut keimanan yang ikhlas.

Kemudian dalam surat lain, Allah juga berfirman:


Maka barangsiapa yang mengharap bertemu Tuhannya, hendaklah ia melakukan amal-baik, dan janganlah menyekutukan dengan sesuatu apa pun dalam menyembah Allah. QS Al Kahfi 110.

Penyekutukan Allah terhadap yang lain dalam bentuk beramal taat itu banyak sekali. Dan hal itu seringkali tidak kita sadari. Misalnya kita berniat shalat dan menyempurnakan gerakannya. Hal itu bukan bertujuan ikhlas karena Allah saja, tetapi ingin dianggap orang lain bahwa kita adalah ahli shalat. Begitu pula kita membaca Al Quran dengan lantunan merdu dan suara dikeraskan dengan tujuan agar dipuji orang. Inilah riya'.

Para hadirin yang saya hormati,

Dalam sebuah hadits Qudsi, diterangkan bahwa Allah berfirman, "Keikhlasan adalah salah satu rahasi diantara rahasiaKu. Dan Kusimpan dihati orang yang Kucintai di kalangan para hambaKu."

Dalam kaitannya dengan niat yang dicemari oleh riya', makasebuah hadits menerangkan bahwa kelak di hari Kiamat, pertama-tama kelompok atau golongan yang dihisab itu dipersoalkan. Mereka itu adalah golongan orang-orang berilmu atau golongan ulama, golongan orang-orang yang bersedekah dengan hartanya, dan golongan orang-orang yang mati syahid dalam berjihad.

Kepada para ulama, Allah bertanya, "Apa yang engkau perbuat dengan ilmumu ketika di dunia?"

Ulama itu menjawab, "Wahai Allah, kami telah memanfaatkan ilmu yang kumiliki untuk menunaikan shalat malam dan di ujung siang."

Allah berkata, "Kau bohong! Sebab yang engkau inginkan dalam beribadah itu agar orang lain mengagumimu dan mengatakan bahwa dirimu adalah seorang ulama. Dan kenyataannya memang demikian, umat mengatakan demikian kepadamu. Celakanya, engkau merasa senang dipuji oleh mereka."

Allah kemudian memerintahkan malaikat untuk melemparkan ulama itu ke dalam api neraka.

Selanjutnya golongan orang-orang yang kaya dan gemar bersedekah dipanggil. Allah bertanya kepada orang tersebut, "Aku telah memberi karunia kepadamu berupa harta benda. Kau manfaatkan untuk apakah harta benda itu ketika kau masih hidup di dunia?"

Orang yang berharta itu menjawab, "Ya Tuhan, harta itu sebagian kusedekahkan kepada fakir miskin, anak yatim dan untuk kepentingan dalam memakmurkan agama Islam."

Allah berkata, "Kau bohong! Aku Maha Mengetahui, bahwa sedekah yang kau lakukan itu bukan semata-mata untuk beribadah kepadaku. Niatmu lain. Sebab niatmu ingin engkau dipuji orang lain bahwa dirimu adalah orang yang dermawan dan gemar bersedekah. Lalu orang-orang memujimu dan kau senang dengan pujian itu."

Allah kemudian memerintahkan malaikat Zabaniah untuk melemparkan ahli sedekah itu ke jurang neraka.

Karena itu, jangan kita bangga dengan sedekah yang kita keluarkan. Jangan sibuk menghitung amal pahala yang belum tentu kita dapatkan. Selama niat sedekah itu tidak ikhlas maka pahala akan digantikan dengan siksa oleh Allah Taala.

Para hadirin yang saya hormati,

Kemudian gologan setelah itu yang dipanggil Allah ialah mereka yang ketika hidupnya berperang membela agama Islam lalu ia mati terbunuh. Yakni mati dalam keadaan syahid. Kepada orang yang syahid ini Allah bertanya, "Apakah yang telah engkau lakukan sehingga engkau mati syahid?"

Maka orang syahid itu menjawab, "Ya Allah, Engkau telah memerintahkan aku untuk pergi berjihad, maka aku berperang sampai akhirnya mati terbunuh."

Alah berkata, "Sesungguhnya engkau bohong. Engkau memang mati terbunung di medan perang dalam membela agama Allah. Namun niatmu itu tidak ikhlas."

Allah kemudian memerintahkan malaikat Zabaniah untuk menyeretnya ke dalam api neraka. Naudzubillah...

Bapak-bapak, ibu-ibu dan saudara sekalian,

Demikianlah hubungan antara niat dan ibadah kepada Allah. Oleh karena itu hendaknya kita menjaga diri dan hati kita agar tidak tercemar dari riya'. Riya' adalah senang dipuji orang lain. Dalam urusan beramal taat, maka niat harus bersih, hanya kepada Allah semata. Semoga pidato singkat ini ada guna dan manfaatnya, Mohon maaf jika ada kekurangan dan terima kasih atas perhatiannya.

Bilahit taufiq wal hidayah, wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sumber: Budianta. 2003. Materi-Materi Kultum Kuliah 7 Menit. Surabaya: Pustaka Media.

Demikianlah artikel yang berjudul Contoh Pidato Bahasa Indonesia: Hakikat Niat Dalam Beribadah. Terima kasih telah meluangkan waktu Anda untuk membaca Contoh Pidato Bahasa Indonesia: Hakikat Niat Dalam Beribadah. Semoga Contoh Pidato Bahasa Indonesia: Hakikat Niat Dalam Beribadah menjadi artikel yang bermanfaat bagi Anda semua. Dan bagikanlah Contoh Pidato Bahasa Indonesia: Hakikat Niat Dalam Beribadah kepada orang lain agar Contoh Pidato Bahasa Indonesia: Hakikat Niat Dalam Beribadah lebih bermanfaat bagi Anda semua.

0 komentar:

Posting Komentar